MATERI MOUNTAINEERING

 

BAB I

PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG

Mendaki gunung adalah suatu hobi yang menyenangkan bagi penulis. Menikmati suasana indah dari karya Sang Pencipta, keseruan yang dirasakan saat mendaki, udara segar yang bisa kita hirup dengan bebas, bercanda tawa dan bercengkrama dengan teman seperjalanan, saling memberi semangat dan saling menopang untuk mencapai puncak yang kita tuju. Mendapat kebanggaan saat kita mencapai puncak hingga turun sampai rumah dengan selamat. Selain untuk refreshing, mendaki gunung juga memiliki banyak manfaat yang penulis dapatkan, seperti berolahraga untuk menyehatkan tubuh, menghilangkan stress, membakar lemak bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan, mendapat pengalaman, menikmati suasana alam yang menakjubkan, dan mendapat ide yang dapat dituai dapat ke dalam lagu syair, lukisan alam, bahkan sebuah komposisi musik bagi para seniman.


Aktivitas Alam Terbuka ( Outdoor Activity ) seperti kegiatan Gunung Hutan atau mendaki gunung dan penjelajahan hutan, adalah suatu kegiatan petualangan yang penuh tantangan dan beresiko tinggi. Kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi, dan untuk menghadapi kegiatan petualangan yang mempunyai risiko tinggi, seseorang harus betul-betul mempersiapkan dirinya seoptimal mungkin. Bahaya dan tantangan yang seolah ingin mengungkuli merupakan daya tarik dari kegiatan petualangan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan agar dapat menyatu dengan alam. 

 

1.2  RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi inti permasalahan adalah “Bagaimana cara menerapkan ilmu tentang gunung hutan?

 

1.3  TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi dari tujuan penulisan adalah Memahami segala ilmu tentang gunung hutan khususnya “” sebelum melakukan petualangan.




BAB II

PEMBAHASAN



Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, berbahaya, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan ingin mengungkuli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa ketakutan dan kemenangan perjuangan melawan dirinya sendiri.

A.      Gunung = Gunung

B.      Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung

C.       Mountaineering = Segala sesuatu yang berhubungan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari berjalan di bukit sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit


  2.2    GUNUNG SEJARAH SINGKAT


Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek nenek nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telah melintasi dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.



   2.3  PENDAKIAN GUNUNG TUJUAN


Banyak alasan orang melakukan kegiatan pendakian gunung namun pada dasarnya keitan itu dilakukan untuk :

A.          Mata pencaharian

B.          Adat Istiadat

C.         Agama /Kepercayaan

D.        Ilmu Pengetahuan

ya      Petualangan

F.         Olahraga

G.      Rekreasi


       2.4 ISTILAH GUNUNG


A.       Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.        

B.      Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang saling berdekatan. 

C.       Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl            

D.      Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang saling berdekatan.  

E.       Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal        

F.       Sadel : Pertemuan dua titik di satu punggungan           

G.       Pass : Celah panjang diantara dua punggungan            

H.      Kol : Celah sempit diantara dua puncak              

E.        Dataran tinggi : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian        

J.        Puncak : Puncak       

 

  2.5       JENIS PERJALANAN BERDASARKAN TINGKAT KESULITAN

Perjalanan baik pendakian atau pemanjatan berdasarkan tingkat kesulitan medan yang dihadapi dapat dibagi sebagai berikut:

1.    Berjalan : Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.

2.    Hiking (hill walk) : Medan sedikit bertambah sulit sehingga dibutuhkan perlengkapan kaki yang memadai.

3.    Pendakian

A.     Panjat Tebing : Pemanjatan di medan batu . terbagi dua yaitu:

1.    Scrambling : Medan semakin curam sehingga dibutuhkan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Praktis tidak memerlukan tali ataupun perlengkapan lainnya yang khusus.

2.    Teknik Pendakian : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Diperlukan teknik khusus dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :

A.       Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat –alat disini hanya berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.

B.      Pendakian Buatan: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak ada sehingga penggunaan tangan dan kaki saja tidak mungkin dilakukan. Untuk itu pendakian jenis ini sepenuhnya tergantung pada perealatan yang juga dipergunakan secara langsung untuk menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus bertambah hanya semata-mata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan sebagainya.

B.     Pendakian Salju/Es : Pemanjatan di medan es dan salju

4.    Ekspedisi : Kegiatan pendakian yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan pengorganisasian tertentu dengan berbagai variasi medan yang harus dilalui

 

A.     BERJALAN DI PERBUKITAN/HIKING


Hill walking atau yang lebih dikenal dengan hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajahi kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam pendakian tidak diperlukan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan kadang-kadang digunakan untuk memegang tongkat pelayaran (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi pendakian ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.



B.     BERACAK


Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai 'alat' utama maka untuk berebut selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang cukup ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.



C.     PENDAKI


Diperlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of Eight, sling, dan sederetan peralatan pendakian gunung lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan pendakian pendakian yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan pendakian ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat.

Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak diperlukan selain alat bantu khusus pendakian gunung seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of Eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai tingkat kegiatannya.


  2.6  GUNUNG PERALATAN


Bagi para pemanjat, penting sekali untuk mempersiapkan beberapa macam alat panjat tebing berikut ini :

                    1.      Tali Tali  atau tali adalah peralatan panjat tebing yang mempunyai peranan sangat penting. Tali termasuk bagian penting dalam olahraga panjat tebing. Melalui penggunaan yang tepat pada carabiner, harness, quickdraw dan lainnya, maka tali data menyelamatkan hidup Anda dari terjatuh atau terpeleset ke permukaan bebatuan. Ketika Anda membeli tali untuk pendakian, perhatikan beberapa faktor seperti diameter, jenis tali, panjang dan fitur tali. Jenis tali yang biasa digunakan untuk peralatan panjat tebing adalah tali karmantel.

             2.     Full Body Safety Harness Setelah Anda membeli tali panjat yang cocok, Anda membutuhkan tali pengaman atau safety harness  yang sesuai untuk dipasang. Ada 2 pertimbangan saat memilihnya, yaitu berapa banyak yang Anda butuhkan dan jenis pendakian seperti apa yang dilakukan. apa yang dilakukan. Idealnya, peralatan pendakian ini harus bisa bekerja dengan baik, nyaman dan sesuai dengan pakaian yang anda gunakan untuk memastikan berbagai Gerakan. Alat ini biasanya digunakan pada pinggang, atau sebagai celana pengaman, sebagai peralatan pendakian, harness adalah jangkar untuk menghubungkan tubuh dengan tali. Ada 3 jenis harness berdasarkan bentuknya, yaitu full body harness , catur harness, dan seat harness.

             3.     Belay Device Alat panjat tebing berikutnya adalah belay device. Ini merupakan salah satu perangkat yang harus dipersiapkan oleh pendaki. Perangkat Belay adalah rem mekanis yang difungsikan untuk melindungi pendaki agar tidak terjatuh atau menurunkan pendaki dari jalur pendakian. Belay dapat memberikan banyak titik nyala, yang artinya belayer tidak harus menahan beban penuh pendaki saat turun. Tidak butuh waktu lama untuk memahami fungsi dasar dari penambatan perangkat ini. Namun, sangat disarankan untuk berlatih di area yang dapat dikendalikan terlebih dahulu, terutama menggunakan bantuan instruktur. Perangkat ini sebenarnya tidak terlalu rumit untuk dipahami. Namun sebaliknya, kurangnya perhatian terhadap penggunaan perangkat ini dapat berdampak serius. Dalam beberapa kasus, perangkat penambatan akan mengencangkan tali yang bersifat mekanis. Ada 3 jenis perangkat penambatan yang bisa dipilih tergantung dari jenis pendakian yang akan dilakukan, diantaranya tubular, assisted brake, dan berbentuk angka 8.

             4.     Carabiner  Carabiner  atau climbing clip, sederhananya merupakan perangkat tempat untuk menyimpan barang-barang tertentu tanpa khawatir terlepas. Jadi, ketika pendakian alat panjat tebing ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti menghubungkan tali panjat dengan bagian lain dari pelindung panjat, seperti perangkat camming, mur dan baut. Biasanya peralatan pendakian ini dibuat dari material baja yang telah diuji kekuatannya secara ketat dan mempunyai gerbang untuk memungkinkan tali atau peralatan Anda melewatinya. Gerbang selanjutnya ditutup untuk mencegah agar peralatan tidak terlepas. Carabiner dan tali termasuk bagian terpenting pada peralatan panjat tebing. Ada beberapa jenis carabiner, diantaranya carabiner straight gate, wire carabiner, locking carabiner dan lainnya.   


             5.     Quickdraw Runner atau quickdraw adalah peralatan yang dibuat dari gabungan 2 buah carabiner dan prusik. Biasanya quickdraw diaplikasikan untuk menyambungkan friends, chocks, bolts, tricamps, dan piton menggunakan tali karmentel atau tali climbing. 

             6.     Climbing Cams Peralatan pendakian lainnya adalah Climbing Cams atau Spring Loaded Camming Device (SLCDs). Cams sangat berguna dalam aktivitas pendakian ketika mur dan baut tidak berfungsi. Peralatan panjat tebing ini merupakan bagian pelindung yang andal dan serbaguna yang dirancang untuk Ditempatkan di celah sisi paralel, saat mur tidak berfungsi. Sebuah camp mempunyai 3-4 lobus yang dipasang pada sebuah poros.  

             7.     Helm Panjat Tebing Saat melakukan pendakian, baik gunung maupun batu terkadang mengalami patahan secara tiba-tiba, sehingga membuat batu-batu berjatuhan. Tentu saja hal ini sangat berbahaya bagi pendaki. Oleh karena itu penting sekali mempersiapkan alat panjat tebing yang satu ini, Helm Climbing sangat dibutuhkan para pendaki gunung, pemanjat tebing, dan lainnya karena biasanya dilakukan di pegunungan yang sudah usang. Aspek pegunungan liar yang tidak menyentuh membuat batu tidak dapat diprediksi. Bahkan ada beberapa helm pendakian yang dirancang untuk melindungi tubuh saat terjatuh. Untuk memilih helm pendakian ini sebaiknya tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar, pilih ukuran yang pas dan pastikan helm tidak menghalangi pandangan Anda saat mendaki.

             8.     Sepatu Panjat Tidak ada satu pendaki pun yang menginjakkan kaki di dinding tanpa memakai sepatu panjat atau sepatu panjat. Oleh karena itu, peralatan panjat tebing ini bisa dikatakan paling penting. Sepatu pendakian yang dipilih ukurannya harus pas, biasanya bahannya tipis dan terdapat sol karet. Semua fitur sepatu climbing ini digabungkan untuk memberikan cengkeraman terbaik pada dinding. Sehingga memungkinkan pendaki dapat berdiri di atas pegangan yang tidak bisa dilakukan saat memakai sepatu biasa maupun ketika bertelanjang kaki. Membeli sepatu panjat tentu bukan sekedar memilih sepatu yang terbaik, Biasanya alat panjat tebing ini ditentukan sesuai tingkat keterampilan. Bagi pemula, sepatu panjat yang bisa dipilih cenderung datar, sedangkan untuk tingkat menengah atau medium harus sedikit melengkung. Sementara bagi pendaki profesional harus lebih melengkung lagi dan terkesan lebih agresif. Sepatu pendakian  untuk tingkat lebih lanjut atau profesional biasanya tidak cocok dan tidak nyaman dipakai untuk penggunaan umum. Sepatu ini biasanya dirancang khusus untuk proses pendakian vertikal, sehingga pendaki dapat mentransfer energi mereka melalui kaki. Untuk mencapai level profesional, membutuhkan kekuatan kaki yang luar biasa dengan proses pendakian selama bertahun-tahun. Inilah alasan mengapa sepatu panjat tebing untuk tingkat lanjut tidak bisa digunakan seorang pemula. Ketika memilih alat panjat tebing ini, penting sekali untuk mencobanya terlebih dahulu. Hal ini akan membantu Anda untuk memastikan tingkat kesesuaian sepatu dengan bentuk kaki.  


             9.     Chalk Sama halnya dengan sepatu panjat, pendaki juga harus menyediakan alat panjat tebing lainnya seperti chalk. Magnesium atau chalk ini digunakan dalam mendaki untuk meningkatkan cengkeraman dan transmisi pada permukaan tangan dengan mengeringkan keringat atau lainnya.

         10.     Chalk Bag adalah kit yang cukup sederhana. Biasanya berupa tas sintetis atau kanvas kecil yang dirancang dengan bukaan agar pas dan nyaman saat dipakai. Tas ini juga dilengkapi dengan gesper Pelepas samping dan lingkaran sehingga anda bisa memasangnya pada baju anda. Tas magnesium ini sangat efektif menyimpan magnesium yang digunakan untuk mengeringkan tangan. Tas silindris sangat ideal untuk pendakian lebih panjang, sedangkan tas simpel dan slim paling cocok untuk rute lebih pendek.

         11.     Descender Descender adalah salah satu peralatan pendakian yang bisa membantu Anda turun dari aktivitas panjat tebing. Alat inilah yang nantinya dapat menahan laju sekaligus mencegah terjun bebas bagi penggunanya.  

         12.     Webbing Webbing  termasuk salah satu alat panjat tebing berbentuk pipih, berbentuk seperti pita. Hanya saja, perbedaannya adalah webbing biasanya terbuat dari bahan nilon yang sangat kuat untuk mengikat tubuh, sebagai jangkar atau harness.

         13.     Pendaki Ascender merupakan salah satu peralatan panjat tebing yang berfungsi untuk membantu pengguna menaiki tali.Biasanya ascender bisa mengunci otomatis saat diberi beban, lalu longgar jika beban diangkat. Dengan kata lain, ascender juga berguna untuk pengereman. Biasanya ascender tersedia dengan ukuran yang bervariasi.

 

         14.     Hammer Alat panjat tebing lainnya adalah hammer, sebagai penghantam piton pada tebing batu. Tidak hanya membantu pemasangan piton saja, tetapi palu ini juga dapat dipakai untuk melepaskan komponen piton.

         15.     Piton Peralatan pendakian yang tidak kalah menarik adalah piton atau paku tebing. Biasanya piton terbagi ke dalam 2 jenis, diantaranya blade dan angel. Pada piton angel yang berbentuk pipih, biasanya dipakai pada celah yang sempit. Sedangkan piton blade diaplikasikan pada celah batu dengan ukuran lebih besar.  


  2.1            SISTEM/TEKNIK PENDAKIAN

Tidak semua medan yang dilalui untuk menuju puncak itu seragam sehingga ada beberapa sistem/teknik yang dilakukan untuk menuju puncak yang harus disesuaikan dengan karakter medan. Pada beberapa pendakian kita mengenal ada tiga buah sistem/teknik pendakian yaitu :

        1.     Alpin Taktik : sistem pendakian ini biasa dilakukan di medan yang jaraknya tidak terlalu jauh, dan tidak kembali lagi ke base camp serta seluruh tim pendaki harus dapat mencapi puncak (taktik ini berkembang di pegunungan alpen yang karakternya sangat sesuai dengan taktik ini)

           2.     Taktik Himalaya : Sistem pendakian ini biasa dilakukan di medan yang jaraknya cukup jauh sehingga untuk menuju puncak ada beberapa base camp yang didirikan guna melakukan sistem drop barang, pada taktik ini tidak semua anggota tim harus mencapai puncak (taktik ini berkembang di pegunungan himalaya yang karakternya sangat sesuai dengan taktik ini)

             3.     Taktik pengepungan : Gabungan antara taktik Alpin Taktik dan taktik Himalaya.

 

  2.2            PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN

Dalam perjalan harus mempunya persiapan yaitu:

      1.            Dapat berpikir logis adalah elemen yang terpenting dalam mengambil keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor keselamatan atau keselamatannya.

      2.            Memiliki pengetahuan dan keterampilan. Meliputi pengetahuan tentang medan (navigasi darat), cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.  Dapat mengkoordinir tubuh kita.

A.     koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.

A.    Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di Otak dan apa yang mampu dilakukan oleh tubuh.

B.    Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.

C.    Ketenangan dalam melakukan tindakan.

B.     koordinasi anggota antar tubuh .Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam melakukan gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam

      4.  kondisi fisik yang memadai. Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.

      5.  Berdoa sebelum melakukan perjalanan

 

  2.3            PERENCANAAN PERLENGKAPAN PERJALANAN

Dalam melakukan perjalanan atau petualangan di alam bebas, tentu kita perlu menyiapkan segala sesuatu yang akan memperlancar perjalanan kita. Kesiapan fisik dan mental merupakan modal yang paling mendasar yang harus dimiliki seorang Mountaineer. selain itu peralatan dan perlengkapan yang layak dan lengkap adalah pendukung keberhasilan dan sekaligus sebagai tolok ukur seorang Mountaineer yang profesional. Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat dan efisien. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:

   1.     Mengenal jenis medan apa yang akan dihadapi nanti(hutan, rawa, tebing, semak, termasuk diantaranya kondisi sosial masyarakat setempat)

   2.     Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan / ekspedisi, latihan, penelitian, SAR, liburan, dll)

   3.     Mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan selama perjalanan (sehari, 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)

 4.     Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban (beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.)

   5.     Memperhatikan dan menyiapkan hal-hal khusus yang mungkin dibutuhkan dalam perjalanan (misalnya : vitamin, obat-obatan tertentu, peta, dll)

Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin dan juga buatkan daftar barang yang harus dibawa lakukan pengecekan sebelum dan sesudah perjalanan.

 

Berikut ini adalah peralatan dan perlengkapan yang harus disiapkan seorang mountaineer.

A.  Perlengkapan Perorangan:

             1.     Carrier / Ransel / day-pack (sebelum barang dimasukkan, biasakan bungkus barang-barang dengan kantong plastik untuk menghindari hujan)

             2.     Matras

             3.     Rain coat / ponco

             4.     Sleeping Bag dan perlengkapan tidur

             5.     Perlengkapan makan & minun

             6.     Baju hangat / jaket + baju ganti (cadangan)

             7.     Sepatu gunung + kaos kaki cadangan

             8.     Senter (Baterai + bohlam cadangan)

             9.     Kupluk + topi rimba, sarung tangan, peluit

         10.     Obat-obatan pribadi

         11.     peralalatan navigasi (Kompas,dll), webbing, tali dll

         12.     Logistik

         13.     Lilin dan lampu senter

         14.     Pisau serba-guna / Victorinox

         15.     perlengkapan mandi

 

B.   Perlengkapan Team :

             1.     Tenda

             2.     Peralatan masak

             3.     P3K

             4.     Trash Bag

             5.     Golok Tebas

Kelompokan barang-barang yang sejenis (pakaian, makanan, keperluan mandi, dan obat-obatan) dalam satu kantong.. Yang paling dasar adalah pakaian, kemudian keperluan mandi, dan yang paling atas adalah makanan dan obat-obatan.

 

  2.4         PENGELOMPOKAN BAHAYA DI HUTAN DAN GUNUNG

Bila kita kelompokan bahaya di hutan dan gunung dapat kita simpulkan sebagai berikut :

             1.             Bahaya Obyektif : Segala bentuk bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan oleh objek hutan dan gunung itu sendiri dan segala sesuatu yang berada dilingkungannya

             2.             Bahaya Subyektif : Segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang diawali atau ditimbulkan oleh pelaku dalam segala bentuk perilaku, tindakan dan pengambilan keputusan baik sebelum ataupun saat ia berkegiatan di hutan dan gunung.

             3.         Nasib Buruk dan Nasib Baik : segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang pada dasarnya diluar perhitungan ataupun pertimbangan pelakunya, dan bersifat sama sekali tidak terduga. Umumnya sangat jarang terjadi. Nasib Buruk akan langsung dirasakan oleh pelaku sebagai potensi bahaya ataupun bahaya. Nasib Baik bila tidak secara bijak diterima sebagai sebentuk pengalaman tentang keberuntungan, dapat menjadi sebentuk sikap berfikir yang dapat menjadi potensi dan atau bahaya disaat mendatang.

 

    1.     Bahaya Objectif

A.     Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain);

            Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya.

B.     Bentuk-bentuk Kehidupan ;


1)   Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah :

a  Dapat menimbulkan penyakit.

b Dapat menularkan penyakit.

c  Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.

d Beracun bila dimakan.

e  Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.

f  Binatang besar pemangsa.

g  Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman.


2)   Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : ‘

a.    Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.

b.    Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility) sehingga menyulitkan orientasi.

c.    Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.

d.    Mengandung racun bila dimakan. Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll.

C.     Iklim dan Cuaca

            Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :

1)   Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke.

2)   Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.

3)   Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar.

4)   Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme.


D.     Ketinggian


            Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut “Death Zone” dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it…?).


E.      Besaran Jarak dan Waktu

            Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya.

F.      Kondisi Akibat/Pengaruh

        Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :

1)   Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.

2)   Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik.

3)   Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.

4)   Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan habitatnya.

 

G.     Kondisi Sosial Budaya

            “Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya”, demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.

 

    2.     Bahaya Subjektif

A.             Kondisi Kebugaran (fitness) Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu.

B.                    Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills) Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya.

C.                 Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills) Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana “sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita”. Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia Seperti: Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu.

D.             Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills) Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya.

 

    3.     Nasib Buruk dan Baik

Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.


BAB III

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Kegiatan mendaki merupakan kegiatan yang tergolong extrem karena membutuhkan daya terampil tinggi serta kesiapan fisik yang memadai. Dan setelah semua kita sudah rasa cukup, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin dan juga buatkan daftar barang yang harus dibawa lakukan pengecekan sebelum dan sesudah perjalanan. selain itu peralatan dan perlengkapan yang layak dan lengkap adalah pendukung keberhasilan dan sekaligus sebagai tolok ukur seorang Mountaineer yang profesional. Tak kalah pentingnya keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh ilmu pengetahuan/skill. Pada dasarnya banyak ilmu pengetahuan tentang gunung hutan yang menjadi pokok utama diantara : manajemen perjalanan, survival, konservasi, climbing, serta navigasi darat.

3.2  SARAN

Saran penulis semoga karya tulis sederhana ini bisa menjadi pegangan ketika kita berpetualangan di alam bebas karena segala sesuatunya itu bergantung pada kesiapan serta kemampuan baik itu fisik dan mental maupun ilmu pengetahuan/skill yang dimiliki.

 

 

Belum ada Komentar untuk "MATERI MOUNTAINEERING"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel